Akseswarganet – Jakarta Sambil Menikmati Kuliner Khas Jakarta
tetapi juga sebagai tanda penghormatan terhadap tradisi kuliner yang telah membentuk Jakarta selama bertahun-tahun.
Saat tiba di telah menerangi trotoar. Sebelum berbuka puasa, saya meninggalkan hiruk pikuk jalanan ibu kota dan memasuki gedung hotel bintang lima, di mana aroma rempah yang lezat langsung menyambut saya.
Keunikan Jakarta terasa seperti berusia ribuan tahun sekaligus. Ramadan kali ini, House of Tugu Jakarta menghadirkan keunikan berbuka puasa di lingkungan Batavia lama yang santai, nyaman, dan penuh sejarah. Pengunjung dapat memilih untuk bersantap di Babah Koffie by Kawisari atau Restoran Jajaghu.
Sepanjang Ramadan, mereka telah menciptakan kuliner istimewa yang bervariasi setiap harinya. Makanan-makanan ini disajikan sebagai tanda penghargaan atas cita rasa yang telah membentuk Jakarta selama bertahun-tahun, bukan sekadar untuk memuaskan rasa lapar setelah seharian berpuasa.
Perubahan Menu Harian
Sebagian besar pengunjung memilih untuk duduk di area Restoran Jajaghu pada Kamis sore itu. Di sebuah ruangan yang dipenuhi barang-barang antik unik, seperti patung kayu besar Raja Kertanegara yang digambarkan sebagai Jokodolok, yang berakar pada tradisi Jain India kuno, suara perkakas makan dan percakapan mereka bergema setelah adzan.
Sejarah ruangan tersebut semakin diperkuat oleh fakta bahwa Raja Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singhasari, memainkan peran besar dalam berdirinya Kerajaan Majapahit. Patung-patung Shinto Jepang dari Kyoto dari abad ke-19 juga ada di sana; patung-patung itu pertama kali diperkenalkan ke Jawa selama pendudukan Jepang.
Pada saat yang sama, saya duduk di tempat yang sama bagusnya di Babah Koffie by Kawisari bersama sejumlah pengunjung, yang sebagian besar datang berpasangan. Menu berubah setiap hari, dan saya langsung menyukai pilihan menu mereka pada hari Kamis.
Rasanya seperti masakan rumahan.
Saya langsung ambil sendok dan mulai menyantap sup sayur asam yang sangat mirip dengan sup buatan ibu saya. Sayurnya terasa seperti masakan rumahan karena perpaduan rasa pedas dan asam yang sangat lembut, sehingga rasanya tidak menipu tampilannya.
Saya merasa seperti berada di meja makan sendiri saat menyantapnya dengan kerupuk dan sambal terasi. Hanya butuh beberapa suap untuk menghabiskan sup sayur asam berisi jagung manis, kacang panjang, dan potongan labu siam ini.
Saya menyantap berbagai macam hidangan sup, seperti tongseng domba, untuk membangkitkan semangat saya. Sekali lagi, saya terpikat dengan tampilannya yang menggoda. Tidak seperti restoran tongseng lainnya, potongan dagingnya biasanya panjang dan tipis.
Dagingnya bertekstur lembut sehingga tidak hancur saat dikunyah, dan yang terpenting, tidak berbau amis. Irisan tomat merah dan hijau menambah kesegaran, dan sangat cocok dengan kuah santan yang gurih dan harum.
Makanan Penutup Manis
Saya terus makan poffertjes setelah istirahat karena hidangan utamanya sangat mengenyangkan. Kali ini, saya menyantapnya dengan dulce de leche, bukan kombinasi mentega dan gula bubuk seperti biasanya.
Saus karamel kental ini, yang secara harfiah berarti “permen susu,” dibuat dengan memanaskan susu dan gula secara perlahan selama beberapa jam. Saus ini mudah menempel pada poffertjes karena teksturnya yang lembut.