Akseswarganet – Surabaya, 1 Maret 2025 – Sekitar 6 juta warga Muhammadiyah di Jawa Timur melaksanakan salat tarawih pertama pada malam ini. Mereka mengawali Ramadan 1446 H lebih awal dibandingkan penetapan pemerintah. Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal, yaitu metode perhitungan astronomi yang digunakan untuk menetapkan awal Ramadan.
Salat tarawih dilaksanakan di berbagai masjid Muhammadiyah di Jawa Timur, seperti Masjid Al-Akbar Surabaya, Masjid At-Taqwa Malang, dan Masjid Al-Falah Sidoarjo. Jamaah datang sejak waktu maghrib, dan salat tarawih dimulai setelah salat isya.
Mengapa Muhammadiyah Memulai Ramadan Lebih Awal?
Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal untuk menetapkan awal Ramadan. Metode ini berbeda dengan rukyat hilal yang digunakan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag).
Menurut Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, hilal sudah wujud pada 30 Sya’ban 1446 H. Karena itu, mereka menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025.
“Kami menggunakan hisab hakiki wujudul hilal yang menunjukkan hilal sudah terlihat pada malam ini. Karena itu, kami melaksanakan salat tarawih pada malam ini dan mulai berpuasa besok,” kata Dr. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Hisab hakiki wujudul hilal menggunakan perhitungan astronomi. Berbeda dengan rukyat hilal yang mengharuskan melihat hilal secara fisik, hisab menghitung posisi hilal secara matematis.
Antusiasme dan Persiapan Masyarakat Muhammadiyah
Warga Muhammadiyah di Jawa Timur menyambut bulan suci Ramadan dengan sukacita dan antusiasme. Mereka melakukan persiapan matang, seperti:
- Membersihkan masjid dan musala untuk kenyamanan ibadah.
- Mengadakan kajian pra-Ramadan untuk memperdalam ilmu agama.
- Menyusun jadwal pengajian dan buka puasa bersama.
- Menggalang sedekah dan zakat untuk membantu kaum dhuafa.
Di Masjid Al-Akbar Surabaya, jamaah mulai berdatangan sejak maghrib. Masjid penuh sesak saat salat isya dan tarawih. Panitia masjid menyediakan area khusus untuk jamaah wanita dan anak-anak.
Perbedaan Penetapan Awal Ramadan dengan Pemerintah
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama (Kemenag), menetapkan awal Ramadan berdasarkan rukyat hilal dan sidang isbat.
Dalam sidang isbat yang digelar di Jakarta pada malam ini, pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 2 Maret 2025, karena hilal belum terlihat di beberapa titik pengamatan.
Meskipun berbeda, kedua pihak saling menghormati perbedaan metode yang digunakan.
“Kami menghormati perbedaan metode penetapan awal Ramadan. Yang terpenting adalah kita semua melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan,” ujar Prof. Quraish Shihab, ulama dan pakar tafsir Al-Quran.
Pengamanan dan Protokol Kesehatan di Masjid-Masjid Muhammadiyah
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan jamaah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur bekerja sama dengan kepolisian setempat dan Satpol PP. Mereka mengatur lalu lintas dan menjaga ketertiban di sekitar masjid.
Selain itu, protokol kesehatan yang ketat juga diterapkan, seperti:
- Pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki area masjid.
- Penggunaan masker dan hand sanitizer wajib bagi semua jamaah.
- Pengaturan jarak saf untuk mencegah kerumunan.
- Sterilisasi area masjid sebelum dan setelah salat tarawih.
Masjid Al-Akbar Surabaya juga menyediakan live streaming salat tarawih bagi jamaah yang tidak bisa hadir langsung.
Reaksi dan Tanggapan dari Masyarakat
Pelaksanaan salat tarawih lebih awal oleh Muhammadiyah mendapat beragam tanggapan dari masyarakat.
Ahmad Fauzan, jamaah di Masjid At-Taqwa Malang, menyatakan, “Kami mengikuti keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menggunakan hisab hakiki wujudul hilal. Kami tetap menghormati saudara-saudara kami yang berpuasa besok.”
Sementara itu, Muhammad Zaki, warga Surabaya yang mengikuti penetapan pemerintah, mengatakan, “Kami menghormati perbedaan ini. Yang penting adalah niat dan kekhusyukan ibadah kita.”
Kesimpulan
Sekitar 6 juta warga Muhammadiyah di Jawa Timur melaksanakan salat tarawih pertama pada malam ini. Mereka mengawali Ramadan 1446 H lebih awal berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal.
Meskipun berbeda dengan penetapan pemerintah, masyarakat tetap saling menghormati perbedaan metode yang digunakan oleh Muhammadiyah dan pemerintah. Perbedaan ini tidak mengurangi kekhidmatan dan kekhusyukan ibadah umat Islam di Indonesia.