Akseswarganet – Mengapa perayaan Cap Go Meh mirip dengan perayaan Lontong? Ini adalah sejarah dan maknanya
Mengapa perayaan Cap Go Meh mirip dengan perayaan Lontong? Ini adalah sejarah dan maknanya , Dalam setiap perayaan “Kap Go Mee”, Lontong Kap Go Mee merupakan hidangan wajib yang selalu tersaji di meja makan keluarga Tionghoa Indonesia. Hidangan ini bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam. Bentuk wontong yang panjang melambangkan umur panjang, kuah santan berwarna keemasan melambangkan kekayaan yang melimpah, dan telur rebus yang melengkapinya merupakan simbol keberuntungan.
Lontong Cap Go Meh merupakan bukti nyata akulturasi budaya antara masyarakat Tionghoa dengan masyarakat lokal, khususnya Jawa. Catatan sejarah menunjukkan bahwa makanan ini berasal dari perpaduan tradisi masakan Tionghoa dengan hidangan khas Jawa. Lontong menggantikan yuanxiao, bola beras ketan yang biasa disantap saat perayaan Cap Go Mee di Tiongkok, karena bahan dan rempah lokal lebih mudah ditemukan di nusantara.
Jadi, apa asal usul Lontong Cap Go Meh? Mengapa hidangan ini dikaitkan dengan perayaan Cap Go Mee di Indonesia? Liputan6.com telah merangkumnya dari berbagai sumber, berikut sejarah dan artinya.
Sejarah dan Tradisi Kuliner Cap Jo Mi
Nama “Cap Go Meh” berasal dari bahasa Hokkien, di mana “Cap” berarti sepuluh, “Go” berarti lima, dan “Meh” berarti malam. Secara harfiah, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Di Tiongkok, Festival Kapju Mei dikenal sebagai Festival Lentera, yang menampilkan pemasangan lentera warna-warni dan berbagai perayaan meriah.
Seiring menyebarnya komunitas Tionghoa ke berbagai daerah, termasuk Indonesia, tradisi Cap Go Mee pun beradaptasi dengan budaya setempat. Salah satu bentuk adaptasi adalah dalam hal yang berkaitan dengan memasak. Jika di Tiongkok perayaan ini mirip dengan yuanxiao (bola beras ketan), masyarakat Tionghoa Peranakan di Indonesia menggantinya dengan lontong yang lebih sesuai dengan selera setempat dan menggunakan bahan-bahan lokal.
Legenda Sam Po Kong dan Asal Mula Nama Lontong Kap Jo Meh
Ada legenda menarik tentang asal usul nama Lontong Cap Go Meh. Menurut Tirto.id, cerita ini bermula dari kedatangan Laksamana Zheng He atau Sam Po Kong ke Semarang pada abad ke-15. Saat itu ia tengah menggelar lomba mencari sajian makanan terenak untuk perayaan Cap Go Mee.
Kepala desa memasak sup yang berisi berbagai bahan yang tersedia di daerahnya. Ketika Sam Po Kong mencicipi hidangan tersebut, ia menamainya “Luang Tang Xiu Ming” yang berarti “Sup Campuran ke-15”. Namun karena perbedaan dialek Hokkien, penduduk setempat salah mengartikannya dan menyebutnya “Luntong Kap Go Mee”. Sejak saat itu, hidangan ini terus berkembang hingga menjadi bagian penting dari perayaan Cap Go Mee di Indonesia.
Makna Filosofis Luntong Kap Ju Mi
Setiap elemen dalam Lontong Cap Go Meh memiliki makna simbolis yang dalam. Menurut Detik.com dan Tirto.id, berikut filosofi di balik setiap bahan dalam hidangan ini:
- Longtong → Bentuknya yang panjang melambangkan umur panjang dan perjalanan hidup yang penuh berkah.
- Ayam melambangkan kerja keras dan ketekunan dalam mencari makanan.
Santan Kuning → Saus emas yang dibumbui dengan kunyit yang melambangkan kekayaan dan keberuntungan. - Telur rebus → melambangkan kesuburan, kelahiran kembali dan keberuntungan.
Sambal hati goreng dan kentang → mencerminkan kesejahteraan dan harapan hidup yang seimbang. - Biskuit dan daging suwir → melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan hidup.
Dalam tradisi Tionghoa, makanan bukan sekadar makan, tetapi juga doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.