Desa Suku Baduy di Banten Menjadi Magnet Bagi Wisatawan

Akseswarganet – Pada musim durian 2024-2025, banyak pengunjung yang rela terjebak kemacetan, menghadapi hujan, dan melakukan trekking untuk mencapai desa ini. Salah satu daya tarik utama desa Suku Baduy adalah durian yang melimpah.

Wilayah ini mengalami musim durian yang sangat produktif, sehingga tidak mengherankan jika banyak orang berkunjung.

Pada Minggu (20/1/2025), kami berkesempatan mengunjungi suku yang masih mempertahankan adat dan budayanya. Terminal Ciboleger menjadi salah satu akses utama menuju perkampungan Suku Baduy Luar.

Dari pengamatan di lokasi, terlihat banyak orang berdesakan menuju desa wisata tersebut, sementara kendaraan terparkir di area terminal.

Karena elf yang kami tumpangi tidak dapat memasuki area terminal akibat kemacetan yang parah, semua penumpang terpaksa berjalan kaki menuju Terminal Ciboleger. Antusiasme ini tidak lain disebabkan oleh daya tarik durian.

Tujuan akhir para wisatawan adalah rumah-rumah penduduk yang menjual Durian Baduy. Salah satu penjual, Jamal, terlihat sibuk melayani pengunjung yang duduk bersila di teras rumahnya sambil menikmati Durian Baduy.

Ia dengan cekatan membuka durian menggunakan golok tajam, terlebih dahulu memukulnya untuk memastikan kematangan buah tersebut berdasarkan suara yang dihasilkan.

“Tuk… tuk… tuk…,” suara pukulan durian itu terdengar.

Setelah itu, ia mengendus durian untuk memastikan apakah buah tersebut sudah matang. Para wisatawan di rumah Jamal saling menunjuk durian yang ingin mereka coba dan meminta bantuan Jamal untuk membukakannya.

“Kang cing hayang nu eta (kang coba ingin yang itu),” ujar salah satu pengunjung.

Dengan sigap, Jamal memenuhi permintaan tersebut. Durian Baduy memiliki cita rasa yang khas, meskipun sekilas tampak mirip dengan durian lokal dari daerah lain.

Namun, tidak diketahui mengapa rasa Durian Baduy ini terasa berbeda. Menurut Jamal, perbedaan yang mencolok dari Durian Baduy terletak pada cara penanamannya. Pohon-pohon durian di Baduy ditanam secara organik.

Jamal juga menjelaskan bahwa Durian Baduy tidak memiliki bentuk dan warna buah yang tetap, karena hal tersebut sangat bergantung pada kondisi alam. Namun, ia menegaskan bahwa rasa durian ini alami, tanpa adanya kontaminasi bahan kimia.

“Menurut teman-teman dan juga para ahli durian, mereka telah membandingkan durian dari daerah ini dengan durian dari daerah lain. Jadi, yang menjadi fokus adalah rasa,” jelas Jamal.

“Mungkin durian kami kalah dibandingkan durian dari luar karena warnanya yang lebih pucat, ada yang hancur, ada yang lembek, pokoknya bervariasi. Namun, soal rasa, kami tidak diragukan lagi karena kami tidak menggunakan suplementasi, kami organik dan alami,” tambahnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pengunjung yang datang ke wilayah Suku Baduy sejak Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 mencapai lebih dari seribu orang. Pada Rabu (25/12/2024), kunjungan wisatawan mencapai 1.666 orang.

Selanjutnya, pada Sabtu (28/12), jumlah pengunjung mencapai 1.872 orang, dan pada Minggu (29/12), terdapat 1.282 wisatawan yang datang dalam satu hari.

Durian menjadi salah satu daya tarik yang menyebabkan lonjakan jumlah wisatawan di wilayah Baduy, khususnya di Baduy Luar dekat Terminal Ciboleger. Semua ini berkat durian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *