Akseswarga.net – Luna Maya Akui Beratnya Perankan Nyai di Film Gundik
Luna Maya kembali menunjukkan dedikasinya dalam dunia akting lewat peran terbarunya di film Gundik. Dalam film ini, Luna berperan sebagai Nyai, sosok perempuan kuat di tengah kerasnya kehidupan masa kolonial. Namun, di balik penampilannya yang memukau di layar, ternyata Luna menghadapi banyak tantangan selama proses syuting.
Tantangan Emosional Membawakan Karakter
Memerankan sosok Nyai bukan perkara mudah. Luna harus benar-benar memahami kehidupan perempuan pribumi yang mengalami tekanan batin dan sosial di masa penjajahan. Ia mengaku harus menggali emosi yang dalam untuk bisa memberikan penampilan yang autentik. “Membawa rasa sakit hati, kesetiaan, dan perjuangan seorang Nyai bukan hal sederhana. Saya harus benar-benar menyelami perasaan itu,” ungkap Luna saat konferensi pers.
Adaptasi Bahasa dan Gaya Berpakaian
Selain tantangan emosional, Luna juga harus beradaptasi dengan penggunaan bahasa Melayu kuno yang digunakan dalam beberapa adegan. Latihan intensif dengan pelatih dialek menjadi bagian dari kesehariannya di lokasi syuting. Belum lagi, kostum tradisional yang dikenakan, seperti kebaya ketat dan kain panjang, membuat gerakannya terbatas. “Awalnya sulit berjalan cepat dengan kebaya ketat dan sanggul besar. Tapi seiring waktu, saya mulai terbiasa dan merasa justru itu yang membuat karakter Nyai lebih hidup,” jelasnya.
Syuting di Lokasi Bersejarah
Film Gundik memilih lokasi syuting di berbagai bangunan bersejarah yang tersebar di Jawa dan Sumatra. Meskipun tempat-tempat tersebut memberikan nuansa autentik untuk film, kondisi lokasi yang terkadang panas, lembab, dan terpencil menjadi tantangan tersendiri. Luna tidak jarang harus berkeringat di bawah pakaian tebal sambil tetap mempertahankan performa akting terbaiknya.
Luna Maya Akui Beratnya Perankan Nyai di Film Gundik
Meski penuh tantangan, Luna Maya menegaskan bahwa ia menikmati seluruh prosesnya. Ia percaya bahwa kerja keras tersebut sepadan untuk menghasilkan film berkualitas yang mampu membawa penonton memahami sisi lain sejarah bangsa. “Kalau mau hasil yang menggetarkan hati, memang harus melalui proses yang tidak mudah,” tutup Luna optimistis.