Akseswarganet – Perjuangan Mahasiswa Jepang: PP Naik Pesawat demi Kuliah, Habiskan Rp 3 Juta Sehari
Seorang mahasiswa di Jepang menarik perhatian publik karena rutinitas kuliahnya yang tak biasa. Ia harus bangun sejak pukul 5 pagi dan menempuh perjalanan udara selama empat jam pulang-pergi hanya demi menghadiri kuliah. Cerita ini menjadi sorotan karena sosok tersebut juga dikenal sebagai anggota grup idola Jepang, Sakurazaka46.
Mahasiswi tersebut adalah Yuzuki Nakashima, seorang penyanyi muda berusia 22 tahun. Dengan hampir 100 ribu pengikut di media sosial, ia dikenal karena pesonanya yang ceria dan talenta yang dimilikinya. Baru-baru ini, Nakashima mengunggah vlog yang memperlihatkan kesehariannya sebagai mahasiswi sekaligus artis, dan videonya dengan cepat menarik simpati netizen.
Meski bekerja di Tokyo, Nakashima berkuliah di Fukuoka—sekitar 1.000 kilometer dari ibu kota Jepang. Dalam vlog-nya, ia bercerita bahwa universitas tersebut merupakan impiannya sejak SMA. Tak ingin melewatkan pendidikan, ia rela terbang pulang-pergi setiap harinya.
Menjaga Rahasia Selama Bertahun-tahun
Dalam kesehariannya di kampus, Nakashima memilih belajar di tempat yang sepi dan tetap diperlakukan layaknya mahasiswa biasa oleh teman-temannya. Seusai kuliah, ia segera kembali ke Tokyo untuk latihan menari dan menyanyi hingga malam hari. Rutinitas berat ini dijalaninya selama empat tahun.
Sebelum dikenal sebagai idola, ia bahkan sempat bekerja paruh waktu demi mengumpulkan biaya kuliah dan mewujudkan mimpinya. Kini, Nakashima telah menyelesaikan studinya dan berhasil meraih gelar sarjana. Selama ini ia merahasiakan statusnya sebagai mahasiswi agar fokus menjalani peran sebagai anggota Sakurazaka46. Namun setelah lulus, ia merasa momen tersebut tepat untuk membagikan kisah perjuangannya.
Ia juga menyampaikan pesan inspiratif kepada penggemarnya:
“Kalau kamu punya mimpi, walau sulit, beranilah untuk mengejarnya. Setiap waktu yang kamu habiskan akan jadi kenangan berharga.”
Semangat Belajar di Tengah Tantangan
Kisah Nakashima bukan satu-satunya contoh dedikasi pelajar di Jepang. Tahun lalu, lebih dari 100 siswa SMA dari Prefektur Ishikawa harus menempuh perjalanan jauh lebih dari 100 km setiap hari karena sekolah mereka rusak akibat gempa bumi.
Orang tua mereka memilih untuk sementara waktu memindahkan anak-anak ke sekolah yang lebih layak, meski harus berpisah dengan keluarga dan menempuh perjalanan panjang. Dikutip dari Kyodo, 140 siswa dari kota Suzu dan Noto ikut program relokasi pendidikan darurat ini.
Pembukaan sekolah-sekolah baru di wilayah tersebut sebenarnya dijadwalkan pada 22 Januari 2024, namun karena fasilitas belum siap, para orang tua meminta penundaan demi kenyamanan dan keamanan anak-anak mereka.